Minggu, 18 Desember 2011

JANGAN REMEHKAN PRE INDUKSI


JANGAN REMEHKAN PRE INDUKSI

Mungkin tahap inilah yang sering kali dilupakan bagi pembelajar hypnosis. Dan mungkin juga, karena tahap ini sering kurang dikupas dalam pelatihan – pelatihan hypnosis. Padahal, tahap inilah yang menjadi titik tolak keberhasilan proses hypnosis. Tahap tersebut adalah tahap awal dari sebuah proses hypnosis yaitu Pre Induksi atau Pre Talk interview. Pre-Induction atau pre talk interview merupakan tahapan yang sangat penting. Seringkali kegagalan proses hipnosis diawali dari proses Pre-Induction / pre talk yang kurang tepat.
Berkaitan dengan hal tersebut, saya ingin berbagi tentang apa yang seharusnya kita dapat dari pre induksi dalam sebuah proses hypnotherapy. Penjelasan ini saya urai berdasar dari eksplorasi pengalaman dan pemikiran saya. Yang perlu diperhatikan adalah apabila kita melakukan pre induksi hendaknya kita dapat memaksimalkan proses tersebut dengan telah memuat fungsi – fungsi pre induksi sebagai berikut :
1.      Building and Maintaining Rapport.
Dalam proses hipnosis, mendasarkan pada kerja sama antara terapist dan klien. Sehingga kesiapan dan kesediaan subyek menjadi pra syarat keberhasilan hipnosis dapat berjalan dengan baik. Seperti prinsip “Every Hypnosis is self hypnosis” sehingga terapist hanya berfungsi sebagai fasilitator agar klien dapat menghipnotis dirinya sendiri, dengan panduan terapist.
Berpijak dari hal tersebut, kedekatan dan kepercayaan antara klien dan terapist sangat dibutuhkan. Hal ini dapat dilakukan dengan membangun hubungan & komunikasi yang baik sebelum proses hipnosis dilakukan. Jika klien sudah dekat dan percaya pada anda, maka otomatis apapun yang anda sugestikan mau diterima dan akan dilaksanakannya.

  1. Allaying Fears.
    Dalam pandangan orang awam, hipnosis masih dinilai sebagai hal yang mistik, klenik, hanya digunakan untuk kejahatan, bila dikuasai pengaruh hipnotis tidak bisa mengendalikan diri, semua rahasia pribadi kita terungkap dan mitos – mitos lain yang berkembang. Sehingga, dengan pemahaman yang salah pada klien terhadap hipnosis membuatnya menolak dan membuat pertahanan diri agar tidak dapat terhipnosis. Sehingga otomatis proses hipnosis tidak akan berjalan.
    Oleh karena itu, menjadi tanggung jawab terapist untuk meluruskan dan memberi pemahaman yang benar tentang hipnosis dan proses yang akan dilakukannya. Dengan pemahaman yang benar, sehingga ketakutan klien akan teratasi dan membuat klien merasa aman untuk melakukan proses hipnosis.

  1. Building Mental Expectancy
    Apabila dalam proses hypnotherapy, seorang terapist lebih baik untuk mengkondisikan klien terlebih dahulu pada bagian mana seorang klien merasa nyaman. Kenapa ? Dalam proses terapi yang membutuhkan itu bukan terapistnya tetapi klien. Sehingga tugas terapist adalah menumbuhkan sugesti positif bahwa dengan hipnotis permasalahan yang dialami dapat diselesaikan atau disembuhkan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan testimony atau cerita – cerita keberhasilan klien yang telah kita tangani, Kalaupun kita belum pernah menangani kasus tersebut, kita dapat menceritakan bahwa permasalahan dapat diselesaikan dengan hipnosis, walaupun memakai referensi dari terapist lain. Intinya membuat klien memiliki harapan dan keyakinan bahwa dengan melakukan proses ini, dia akan sembuh. Keyakinan klien itulah yang menjadi modalitas sangat penting bagi keberhasilan terapi apapun.

  1. Gathering Informations.
    Seringkali klien memiliki sudut pandang dan persepsi yang tidak benar tentang masalahnya. Sehingga, seorang terapist harus benar – benar memahami dinamika klien dan permasalahan klien. Sebagai contoh, ada orang yang datang dan bilang bahwa dirinya tidak percaya diri. Apakah klien langsung menghipnotis dan memberi sugesti agar percaya diri. Saya kira tidak semudah dan sesederhana itu. Kenapa? Kita harus tahu dinamika apa yang sebenarnya terjadi pada diri klien dan apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh klien. Dengan pengetahuan ini, akan sangat berguna dalam proses hypnotherapy yang akan berjalan.

Bagi saya, sah – sah saja therapist berbekal dengan pengalaman dan pengetahuan memiliki asumsi tentang dinamika permasalahan klien . Asumsi tersebut, sebagai dasar bagi therapist untuk menanyakan lebih lanjut tentang permasalahan klien secara lebih spesifik. Bagi therapist yang berpengalaman, dapat lebih mudah mengarahkan pertanyaannya untuk menggali permasalahan klien. Apalagi saya secara pribadi memiliki background psikologi, sehingga lebih mudah untuk memahami dinamika psikologis klien. Bahkan sering kali, saya memadukan dengan analisis tulisan tangan atau tanda tangan (grafologi), menggambar orang (DAP), pohon berkayu (BAUM), menggambar pohon, orang dan rumah (HTP), atau assessment psikologis secara lengkap. Sehingga saya jadi paham karakteristik psikologis klien. Untuk artikel selanjutnya, saya akan sampaikan tentang panduan menggali informasi sehingga kita mendapat data yang lebih lengkap tentang permasalahan klien.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar