Minggu, 18 Desember 2011

HYPNOSIS & KESURUPAN


HYPNOSIS & KESURUPAN

           Pada suatu ketika, saya dihubungi oleh salah satu murid HypnoClass saya yang sedang melakukan hipnosis massal di suatu sekolah tertentu. Dia sedang kebingungan, karena pada saat prosesi hipnosis terdapat satu orang yang katanya “kesurupan” sehingga tidak bisa ia kontrol melalui sugesti - sugestinya. Setelah acara selesaipun, anak yang kesurupan berteriak histeris sambil berbicara yang tidak jelas. Setelah saya mendapat telepon, saya langsung meluncur ke lokasi hipnosis massal.

           Sesampai di lokasi, saya langsung menemui orang yang katanya “kesurupan” tersebut. Saat itu saya lihat anak yang kesurupan tersebut teriak – teriak, bergerak – gerak tidak beraturan, serta berbicara tidak jelas. Saya mencoba bertanya apa yang terjadi dan bagaimana proses terjadinya. Karena memang saya dengar dari teman – temannya, bahwa anak ini sebelumnya pernah kesurupan dan sering mengatakan pada teman – temannya bahwa ia beberapa kali melihat hantu di sekolah. Bahkan dari isu yang beredar di sekolah, bahwa lokasi kelas yang sedang dipakai hipnosis dulunya adalah kuburan orang Belanda. Sehingga saya mendengar dari siswa/I disana mengatakan bahwa kesurupan terjadi karena Jin penunggu dari sekolah tersebut sedang marah.

           Betulkah semua berita itu ? Betulkah anak tersebut “kesurupan” ? Siapa yang ada pada tubuh siswa itu ? Dan mengapa kesurupan itu terjadi ? Sebuah pertanyaan yang sering muncul pada fenomena alam bawah sadar. Dan antara percaya dan tidak percaya, kita sering dihadapkan oleh hal-hal diluar rasio manusia, tetapi jelas hal tersebut terjadi pada tatanan masyarakat Indonesia. Seperti yang kita bahas pada bab sebelumnya bahwa antara ‘kesurupan’ dan dalam keadaan hypnotic tidak ada bedanya, kedua-duanya adalah pengaruh bawah sadar, yang membedakan adalah bila kondisi hypnotic pengaruh seorang terapist sangatlah dominan sehingga klien akan mengikuti semua sugesti yang diberikan terapist, sedangkan ‘kesurupan’ adalah keyakinan adanya ‘energi lain’ (?) yang menguasai pikiran bawah sadarnya. Namun hal ini terjadi pada orang – orang tertentu yang memiliki sugestifitas yang tinggi untuk masuk dalam keadaan ”kesurupan”. Sehingga tidak heran, kondisi hipnosis mudah terjadi pada orang yang memang peka dan yakin akan keberadaan jin, setan dan hantu yang akan mengganggunya atau mungkin membantunya. Selain itu, seseorang yang pikirannya sering kosong, dan memiliki mentalitas yang lemah, seperti depresi dan frustasi yang membuat sering melamun dan pikirannyakosong.
Lalu pertanyaannya apakah dengan hipnosis dapat menyadarkan orang yang ‘kesurupan’ ? Secara teori memang agak sulit karena pre induksi tidak akan bisa berlangsung ketika orang tersebut dalam keadaan trance. Tetapi bila hipnosis dilakukan ketika orang itu telah sadar, sangatlah memungkinkan untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab ‘kesurupan’ terjadi bila orang tersebut memiliki sugestivitas spiritual yang tinggi, sering melamun dan memiliki obsesi khayalan. Itulah sebabnya orang yang kesurupan cenderung memiliki ‘record’ nilai spiritual yang dibentuk oleh kondisi lingkungannya.
           Ketika kesurupan terjadi, tindakan yang saya lakukan adalah menyadarkan siswa yang kesurupan itu. Apabila kita berangkat dari pemahaman hipnosis, dan kita sadari bahwa kondisi kesurupan adalah sama dengan kondisi trance / hypnotic maka tugas kita untuk membuat seseorang bebas kesurupan adalah menyadarkannya atau bangun dari kondisi trance nya. Walau dinilai agak menyimpang dari konsep hipnosis, tetapi teknik yang saya terapkan cukup jitu tanpa menyinggung apalagi memanfaatkan kesupranaturalan. Teknik - teknik yang saya gunakan cukup rasional dan siapa saja bisa mempraktekkannya.
Dari kasus tersebut ada beberapa hal yang dapat kita pelajari :
  1. Seorang terapist harus senantiasa mengontrol perhatian dan pikiran klien. Sehingga jangan sampai pikiran klien kosong atau dibiarkan berkelana semau klien sendiri. Sebagai contoh, beberapa kali harus katakan :
    ”Anda senantiasa mendengar suara saya dan musik ini. Semakin anda mendengarkan musik ini, semakin membuat tidur anda semakin dalam.”
  2. Pilihan kata – kata terapist juga harus tepat, sehingga tidak menjerumuskan klien untuk membayangkan atau melamun tanpa kontrol dari terapist.
  3. Terapist sebaiknya tidak meminta klien untuk membayangkan sosok seseorang yang sudah meninggal. Karena kadang mengakibatkan ia berimajinasi berkomunikasi dengan orang tersebut, dan merasa ia telah ”dimasukinya”
  4. Kondisi hipnosis adalah kondisi relaks dan fokus dan bukan kondisi pikiran yang kosong. Sehingga, jangan pernah meminta klien untuk mengosongkan pikiran. Namun biasanya saya menggunakan, ”istirahatkan pikiran Anda...”
  5. Terapist juga harus tahu, apakah klien tersebut ”kesurupan”, pura – pura ”kesurupan”, atau memang ada gangguan jiwa / psikologis. Dari pengalaman saya, seseorang yang ”kesurupan” biasanya saya lihat dari matanya. Sorot matanya kelihatan bukan dari diri klien, bahkan seseorang yang kesurupan tidak pernah mau untuk menatap atau ditatap matanya. Atau untuk memastikannya, saya tekan titik refleksiogis di tangannya (yaitu antara ibu jari dan telunjuk), apabila ia kesakitan pastinya ia ”kesurupan”.
  6. Perlunya memberi edukasi pada orang – orang yang ada disekitar untuk tidak meyakini mitos – mitos yang ada disekitar tentang hantu, jin atau setan. Karena berangkat dari keyakinan dan kepercayaannyalah yang membuat pikiran bawah sadarnya untuk masuk dalam kondisi ”kesurupan”.
  7. Dalam menangani klien yang ”kesurupan”, sebaiknya dilakukan secara terpisah dan jangan dikerumuni. Bahkan jika ada orang lain terutama perempuan, sebaiknya diminta menjauh dari tempat tersebut.
Pada akhirnya proses hipnosis dapat dilakukan ketika klien memang sudah sadar dari kondisi ”trance” nya. Setelah sadar, klien dapat di hipnosis, kemudian diberikan sugesti bahwa ia adalah orang tegar, kuat, tabah, tidak akan pernah ada siapapun yang dapat menguasai dirinya. Mungkin saja sebuah kata : ”Saya harus kuat” atau ”Saya harus bisa menjaga diri”. ”Saya harus dapat menolak semua pengaruh negatif dalam diri saya.” Dan ini diucapkan klien berkali – kali. Hal ini akan menjadi auto sugesti bagi klien. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar